Berdasarkan laporan dari penelitian Kaspersky Lab di bulan September 2016 ini, ditemukan bahwa insiden keamanan pada IT bisnis UKM rata-rata berkisar Rp. 110 juta per tahun. Sedangkan untuk perusahaan besar Rp. 11 miliar lebih per tahun. Hal ini termasuk biaya akibat penerobosan tidak sah ke sistem IT mereka, dan juga merupakan jumlah anggaran untuk menghadapi serangan.
Laporan tersebut didasarkan pada 2.016 hasil survei tahunan terhadap Risiko Keamanan IT Korporat. Survey ini dilakukan oleh Kaspersky dan B2B International. Survey mencakup 4000 responden dari organisasi berbagai berukuran di 25 negara.
Lebih dari sepertiga dari bisnis (38 persen) telah kehilangan produktivitas karena malware atau virus dalam 12 bulan terakhir. Sementara 36 persen mengalami penurnan kinterja sumber daya IT yang digunakan oleh karyawan, dan 21 persen telah mengalami kehilangan data yang disebabkan oleh serangan yang ditargetkan.
Menurut Vladimir Zapolyansky, Kepala SMB Marketing, Kaspersky Lab "Survei membuktikan bahwa waktu reaksi pasca-pelanggaran memiliki dampak langsung pada kerugian keuangan". "Ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diperbaiki melalui peningkatan anggaran. Hal ini membutuhkan bakat, kecerdasan dan ketangkasan untuk melindungi bisnis dari serangan".
Anggaran keamanan meningkat, namun dengan rata-rata 14 persen selama tiga tahun ke depan. Angka yang sama dari perusahaan (48 persen) dan UKM (42 persen) tergantung kompleksitas infrastruktur IT. Perusahaan lebih dipengaruhi oleh hacktivism, sedangkan UKM memiliki proporsi yang lebih tinggi dari eksploitasi perangkat mobile.
Sedangkan kebocoran data tentu menjadi kekhawatiran seluruh bisnis. Terutama untuk bisnis restoran yang memiliki banyak cabang. Beberapa waktu yang lalu di luar negeri terdapat kasus pembocoran resep sebuah restoran. Jika resep restoran bocor ke pihak pesaing, maka sudah barang tentu hal ini dapat mengakibatkan bisnis restoran tersebut menurun.
Para penyedia jasa konsultan IT dalam bidang keamanan, harus dapat menyediakan alat-alat serta keterampilan untuk semua ukuran bisnis, karena anggaran mereka berbeda-beda.
Laporan tersebut didasarkan pada 2.016 hasil survei tahunan terhadap Risiko Keamanan IT Korporat. Survey ini dilakukan oleh Kaspersky dan B2B International. Survey mencakup 4000 responden dari organisasi berbagai berukuran di 25 negara.
Pembobolan Terhadap Keamanan Infrastruktur IT
Kira-kira setengah dari bisnis di AS (49 persen) dan global (52 persen) menganggap bahwa cepat atau lambat keamanan IT mereka dapat di bobol. Ini adalah pengakuan berdasar realitas, dimana 77 persen dari bisnis AS dan 82 persen secara global telah mengalami 1 sampai 5 insiden keamanan data secara terpisah pada tahun lalu.Lebih dari sepertiga dari bisnis (38 persen) telah kehilangan produktivitas karena malware atau virus dalam 12 bulan terakhir. Sementara 36 persen mengalami penurnan kinterja sumber daya IT yang digunakan oleh karyawan, dan 21 persen telah mengalami kehilangan data yang disebabkan oleh serangan yang ditargetkan.
Deteksi Dini Serangan Siber Dapat Turunkan Biaya
Sebagian karena perbedaan dalam biaya lembur. Deteksi dini terhadap ancaman dapat sangat mengurangi biaya. Dengan serangan dikenali selama seminggu kemudian biaya dapat mencapai hampir empat kali lebih banyak untuk UKM dan hampir tiga kali lebih banyak untuk perusahaan besar. Mengejutkan, 1 sampai 10 perusahaan di AS mengatakan bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk menemukan pelanggaran.Menurut Vladimir Zapolyansky, Kepala SMB Marketing, Kaspersky Lab "Survei membuktikan bahwa waktu reaksi pasca-pelanggaran memiliki dampak langsung pada kerugian keuangan". "Ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diperbaiki melalui peningkatan anggaran. Hal ini membutuhkan bakat, kecerdasan dan ketangkasan untuk melindungi bisnis dari serangan".
Anggaran keamanan meningkat, namun dengan rata-rata 14 persen selama tiga tahun ke depan. Angka yang sama dari perusahaan (48 persen) dan UKM (42 persen) tergantung kompleksitas infrastruktur IT. Perusahaan lebih dipengaruhi oleh hacktivism, sedangkan UKM memiliki proporsi yang lebih tinggi dari eksploitasi perangkat mobile.
Fenomena Serangan Siber di Indonesia
Jika kita cermati dalam melihat televisi terutama stasiun media berita yang sering melakukan wawancara live, dan membaca text elektronik. Belakangan ini stasiun berita tersebut semakin "terasa lambat" baik dalam hal komunikasi maupun penyediaan teks elektronik yang akan di baca oleh para reporter. Ini bisa jadi karena adanya suatu hal yang menyebabkan perlambatan pada jaringan IT mereka.Sedangkan kebocoran data tentu menjadi kekhawatiran seluruh bisnis. Terutama untuk bisnis restoran yang memiliki banyak cabang. Beberapa waktu yang lalu di luar negeri terdapat kasus pembocoran resep sebuah restoran. Jika resep restoran bocor ke pihak pesaing, maka sudah barang tentu hal ini dapat mengakibatkan bisnis restoran tersebut menurun.
Para penyedia jasa konsultan IT dalam bidang keamanan, harus dapat menyediakan alat-alat serta keterampilan untuk semua ukuran bisnis, karena anggaran mereka berbeda-beda.
Komentar
Posting Komentar